🅢🅔🅙🅐🅚 🅚🅐🅟🅐🅝 🅢🅘🅗?


 

Malam telah larut, suara gemericik air selokan di depan teras rumah serasa riuh rendah bercengkrama di antara obrolan kita menuju pagi di sebuah desa yang tidak begitu jauh dari pusat kota. Dengan di kelilingi oleh beberapa tanaman nan hijau di sekitar rumah, suasana serasa asri dan sejuk yang mendamaikan hati sehingga menjadi syahdu dalam berdiskusi kecil-kecilan. 


Obrolan kian menarik ketika pembahasan yang sesekali diselingi tawa dan anggukan-anggukan kecil seraya menunjukkan kesepakatan dalam berpendapat perihal pembicaraan. Lebih menarik lagi sewaktu saya dan teman saya saling berbeda persepsi atau pendapat mengenai suatu hal. Bayangkan saja, betapa gegap gempitanya suasana depan rumah ketika dalam bertutur kata, karena saling mempertahankan apa yang dianggap benar dan saling membenarkan antar pendapat dari setiap perorangan. 


Mulai bicara soal kesehatan, sosial, ekonomi, politik, keagamaan, tak luput dari alur cerita kita dalam menanggapi realitas hari ini. Tidak lupa pula kita selingi obrolan soal lingkungan sekitar kita dimulai dari bicara kawan lama sewaktu sekolah dulu, bertanya jawab soal pertanian, sampai bercerita tentang evolusi (perubahan) kehidupan masing-masing, hingga pembahasan yang menurut kita penting hari ini juga tak luput menjadi fokus diskusi.


Dalam hal ini, tampaknya ada sesuatu hal yang menarik dan menjadi lucu bagi kita (saya dan kamu), itu jika kamu setuju sih, ketika pembahasan terfokus pada masa peralihan atau perubahan dari masa ke masa. Khususnya pada tingkat pendidikan. Dimulai dari SD, SMP, SMA, sampai hari ini.


Sempat serasa geli, lucu, kocak, serta merasa bodoh pada saat itu.Mungkin setelah kita mengetahui bersama perihal pelajaran relativitas dari pemikir besar yakni almarhum Albert Einstein. Karena apa? Karena mungkin kalau dipikir-pikir hari ini, kejadian yang tidak semestinya terjadi pada waktu silam tersebut (harapannya sih begitu),itu malah terjadi.Paling merasa benar sendiri, merasa paling ter... ter... Dan begitu serasa melawan garis takdir pada hari ini. Begitu tak kuasanya kita. Hehe... 


Sampai-sampai semacam ada rasa penyesalan atau ibarat kata menelan pil pahit. Mungkin benar juga apa kata pepatah yang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Entah baik atau buruknya pengalaman tersebut pada waktu silam, yang pasti tetap berguna pada hari ini. Dulu, pernah ada orang yang bertanya kira-kira lima tahun lagi, kamu jadi apa ya? kebenaran hari ini apakah sama dengan apa yang kamu percayai di hari depan ya? Sejak kapan kamu merasa pintar ya? Dan pertanyaan sejenisnya. Saya rasa kerelativitasan jawaban itu akan menunjukkan jalannya. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani