Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Tentang Asa

Gambar
Pada akhirnya, aku harus mengumpulkan kembali puzzle-puzzle yang sempat tercecer dalam deretan kisah guna dipersatukan 😓ッ

Bersenandung

Gambar
Ha ti kian tersiksa Na da sumbang terus menggema Ca das tetap bersemayam Ra sa-rasanya, Ka bar burung kian bersenandung Bades, 22 November 2019

Kekhilafan Selalu Dipersalahkan

Gambar
Kausalitas melumat tuntas tentang sejarah peradaban manusia Ketika percikan-percikan api mulai berkobar seyogianya mampu dipadamkam dengan air kesejukan, ketenangan jiwa, perenungan mendalam dan menjaga diri dari kecamuk birahi Bukan merawak rambang sampai tertumpahnya darah, menghilangkan paksa, meninggalkan nama, serta menghadirkan nestapa pada sanak saudara nelangsa sudah menjadi endingnya kekhilafan selalu dipersalahkan setelah apa dan bagaimana Aliran listrik menjadi saksi kebisingan saat luka di balik kematian Bades, 21 November 2019

Terbelalak

Gambar
Ditemani kipas angin siaga Menengok dari kanan ke kiri Menyejukkan pikiran yang kian berlari berburu ruang konspirasi Berguru pada waktu menyelam di kedalaman pengalaman Berhalusinasi, berimajinasi, berintuisi Dan berakhir dengan bertabayun mencari sebuah solusi saat kebanyakan manusia mendengkur membangun mimpi Mataku masih terbelalak ke atas, memandangi langit-langit rumah beranyaman bambu berdinding ketegasan Dan aku harus katakan padamu bahwa jam dindingku masih berdetak Terus berdegup serta siap meletup menghujat kejemawaan Lumajang, 19 November

Teknologi

Gambar
Lambat laun, Solusi bertransformasi persoalan baru Bijaklah dalam kebajikan! Bila ingin berlama-lama melihat semesta Jangan sampai jempolmu menggali kubur untukmu

Jangan Panggil Aku Puisi

Gambar
Jangan panggil aku puisi Jika tak mampu membuatmu bingung Jangan sebut aku puisi Bila tak bisa membuatmu merenung Jangan panggil aku puisi Kalau tak mampu menghadirkan kenangan Jangan sebut aku puisi Ketika kelopak matamu berubah menjadi genangan Sajakku mampu menyelami masa lalu Barisku bisa menghadirkan masa depan Dan baitku masih ada untuk masa kini Biarlah sajak memuisikan perasaan Biarkan mulut mengucap diksi pilihan Demi menghadirkan irama kesyahduan Rela menghardik kecemasan Pasirian, 13 November 2019

Persona

Gambar
Makmum bingung memilih imam, Dan imam masih sibuk sikut-sikutan berebut menjadi pemain utama, Figuran ketawa-ketiwi di pinggir jalan Memasung lidah dan terus berangan melihat transformasi spiritual menjadi ritual Mendadak gila, Gila hormat dengan menjual ayat-ayat Tuhan! Mereka tukar dengan kepentingan Topeng-topeng suci nan bersih mereka pakai bermimikri Lantas, Apakah Tuhan pernah menjual firman kepadamu? Bades, 13 November 2019

Air Perdamaian

Gambar
Bervespa bukan berlaga Bersaudara tanpa harus sedarah di jalan saling bertegur sapa melambai beri salam antar sesama Bukankah ini istimewa wahai saudara? Ayolah.... mari kita bangun kembali mari kita rajut asih bersama-sama kita pasti bisa saling menjaga mewujudkan kata damai sejahtera Katanya, Tak ada asap kalau tak ada api bila ada air, api pun dapat dipadamkan air kan terus memancarkan kedamaian, ketenangan serta kesejukan bukannya air mata yang harus jatuh bercucuran Apa arti sebuah semboyan bila hati diselimuti keangkuhan kesombongan, kecongkakan, kepongahan,  kejemawahan Dan apa arti sebuah persaudaraan bila kesadaran tidak benar-benar diusahakan? Lumajang, 11 November 2019

Pinus Persaudaraan

Gambar
Ratusan tahun, Tinggi menjulang ke atas Berdaun seperti jarum solid tak diragukan Berlumut kehijau-hijauhan pertanda lamanya persaudaraan Seketika goyah ketika angin riuh mulai mendesah menumbangkan satu pohon hingga berbuah kecemasan Was-was saling menyalahkan Entahlah, apakah ini bentuk dari kepongahan? Semoga badai cepat berlalu dan kedamaian menyelimuti setiap nurani untuk tetap wawas diri menjaga semboyan yang telah lama didengungkan Wajak, 10 November 2019

HPS

Gambar
Duh Gusti, beri aku huruf-huruf untuk ku rangkai Lalu Engkau kabulkan Dingin ini sudah menyayat Membangkitkan panas dalam hikayat bergairah dalam duka tentang hari semakin terasa Dikegelapan lain Sesaat aku rindu suara ombak memecah keheningan menjadi riuh rendah Datang tanpa muka pulang tampak punggung Wajak, 10 November 2019

Siapa Nyana!

Gambar
Mungkin syair ini sebagai prasasti bahwa ada jumpa disetiap pisah Tiga hari yang lalu, aku berbicara tentangmu Kau dengan gaya bicaramu, sering mendongakkan kepala seolah memberi tanda memaksa sepakat dalam alunan pemikiranmu Namun aku hanya diam dan tersenyum Kini, Penggembala telah menarik talinya Seolah engkau lagi dirindukan Terlepas keduniawian Menerjang rasa sakit Aku hanya panjatkan doa dalam kata bahwa buah kelapa jatuh tak harus menua Semoga tenang dalam keabadian Semoga kau terima dengan keikhlasan Untukmu, nama yang tetap ku kenang dalam malam bertaburkan nada-nada kelam Selamat jalan kawan, Tuhan ingin bercumbu denganmu!

Misteri di Kota Seribu Satu Gua

Gambar
Tersesat Sesaat                    Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB dan matahari pun mulai bergegas kembali ke peraduannya untuk menyingsingkan sinar yang seharian penuh menyinari alam ini. Hidup serasa singkat hingga tak terasa sudah menjelang malam begitu saja dan siang cepat berlalu. Aku dan kawanku memutuskan untuk menyudahi istirahat sejenak di pantai Klayar yang begitu eksotik dengan deburan ombaknya yang terus menabrak bebatuan. Setelah satu jam lamanya, kami merasa cukup untuk sekedar melepas lelah dan mendinginkan motor tua serta mengganjal perut yang lama keroncongan akibat dihempas angin jalanan dengan bungkusan nasi yang diberi saudara kami di daerah Sleman, Jogjakarta.       Setelah itu, kami bergegas melanjutkan perjalanan pulang karena sudah seminggu  menyinggahi kota satu ke kota lainnya dengan tujuan Kota Wonosobo. Ketika mesin sudah dinyalakan, helm sudah terpasang, dan aku sudah di atas motor, perlahan-lahan gas diputar agak kencang

Jongkok Inspirasi

Gambar
Tarik napas dalam-dalam Buang kecemasan Bual beterbangan Perenungan mulai menghampiri Menyibak waktu yang terlampaui Menerbangkan angan Membuka tabir misteri Menjamah masa depan Kotor tak selalu rendah Pada dinding kehitam-hitaman Kidung air terus memancarkan keajekan Bahwa ikhtiyar adalah keharusan Aku terenyuh....dalam kenestapaan Aku terharu....dalam kesemutan Sampai akhir waktu Aku harus berdiri kembali membuang sampah yang berserakan Dengan tetap semangat berkemajuan

Hanya dalam Gelap

Gambar
Hanya dalam Gelap Berteriak dalam diam Berkawan keheningan malam Aku mencoba mematikan bayangmu Malah hadirmu melebihi kecepatan cahaya, listrik yang menyala, bahkan popok tak berguna.

Melawan Peribahasa

Gambar
                          Melawan Peribahasa Lihatlah kelapa itu sudah sebesar kepala Sebagai bajing, kita harus lebih bijaksana sebelum bajing*n mengambilnya Anggap saja itu hak kita karena kita sudah ditakdirkan sebagai binatang hama Habiskan, lubangi semua serabut dan tempurungnya untuk kita ambil air serta dagingnya Jangan sampai ada yang kekurangan! kelebihan pun tak jadi persoalan karena kita hidup untuk berlebih-lebihan Jangan lupa manjakan pula Istri dan anak-anakmu sebagai tanggung jawabmu Biar, biarkan bajing*n itu tahu rasa bahwa kita adalah  penguasa Saatnya kita untuk berpanen raya Jangan sisahkan sedikitpun untuk dia apalagi pemiliknya Bukankah engkau tahu sendiri kelakuannya? dia sering berpesta pora dengan anggur  yang berkunang-kunang pada malam remang-remang. lebih dari itu, penghibur malam tak luput jadi penghangat suasana seraya berkata... Merdeka...... Inikah merdeka? ini merdeka memang untuk siapa? Penguasa kah? Pengusaha kah? Apa pengu