Bapak Ku Termangu


 

Bapak ku,

Dia pecinta alam

Tanpa harus naik turun gunung,

Tanpa membawa tas beban di punggung

Bapak ku sudah menjadi tulang punggung


Perihal menanam, 

Tanpa harus menunggu hari tanam tiba

Bapak ku sudah sering kali memanen


Apalah itu hari pohon sedunia, 

apalagi hari pangan sedunia, 

Bagi bapak ku menanam pohon tidak dihitung hari itu saja

Bahkan hari pangan tidak mempunyai hari

karena kita perlu makan setiap hari 


Tanpa bidik kamera

enggan membuat citra

bapak ku tetap pergi ke sawah

demi asap dapur biar tetap mengepul


Bapak ku adalah seorang petani

pergi pagi demi sesuap nasi 

Kerja tanpa pamrih

tapi sering kali disakiti 

ketika tirani membuat kebijakan tanpa nurani


Segala macam kebutuhan dipermainkan

pupuk sulit didapatkan

Biaya perawatan masih hutang

hasil panen murah tak karuan

Hutang bertambah tengkulak tersenyum ramah


Apakah jadi petani harus selalu merugi? 

Apakah jadi petani selalu menjadi bahan monopoli? 


Perlahan, lahan pertanian semakin menyusut

banyak petani dibuat bangkrut

sawah terjual tabungan menjadi kisut


Sementara, banyak diantara sawah mereka

adalah hak atas nama orang pribumi

Bermodal materi, 

mata sipit sukses negosiasi


Pasirian, 3 April 2021






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani