Misteri di Kota Seribu Satu Gua




Tersesat Sesaat
       

           Terlihat waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB dan matahari pun mulai bergegas kembali ke peraduannya untuk menyingsingkan sinar yang seharian penuh menyinari alam ini. Hidup serasa singkat hingga tak terasa sudah menjelang malam begitu saja dan siang cepat berlalu. Aku dan kawanku memutuskan untuk menyudahi istirahat sejenak di pantai Klayar yang begitu eksotik dengan deburan ombaknya yang terus menabrak bebatuan. Setelah satu jam lamanya, kami merasa cukup untuk sekedar melepas lelah dan mendinginkan motor tua serta mengganjal perut yang lama keroncongan akibat dihempas angin jalanan dengan bungkusan nasi yang diberi saudara kami di daerah Sleman, Jogjakarta.


      Setelah itu, kami bergegas melanjutkan perjalanan pulang karena sudah seminggu  menyinggahi kota satu ke kota lainnya
dengan tujuan Kota Wonosobo. Ketika mesin sudah dinyalakan, helm sudah terpasang, dan aku sudah di atas motor, perlahan-lahan gas diputar agak kencang karena waktu beduk maghrib akan segera Tiba. Dengan kecepatan penuh, tiba-tiba di sebuah pertigaan di atas gunung kami disuguhkan dengan jalur ekstrim menanjak yang begitu panjang. Lama-kelamaan motor semakin nanjak, gas motor semakin melambat dan aku memutuskan untuk turun dari motor untuk mendorong motor yang kami kendarai. "Maklum lah pada waktu itu saya yang dibonceng. Dengan atas kesadaran, saya turun dan berusaha mendorong motor tersebut", pikirku.


      Setelah dapat tiga langkah dorongan, Alhamdulillah motor tua tersebut mau terus berjalan melaju di tanjakan begitu panjang.
Pikirku, "Ah.....aku mau bonceng lagi setelah motor tua ini benar-benar sampai di atas pada tikungan terakhir."
Aku pun terus berjalan untuk menuju puncak jalan tanjakan. Tak disangka-sangka, entah apa yang merasuki teman saya ketika di tikungan terakhir. Bukannya mengendorkan gas motor, malah menambah kecepatannya.
Di sini kepanikan dan kecemasan mulai terjadi. Saya panggil dia berulang-ulang dengan nada yang begitu keras, dia tetap tidak mau memberhentikan kendaraannya.
Di situasi inilah aku mencoba berpikiran positif saja kepada temanku ini. Mungkin saja tak lama lagi dia mau kembali untuk menjeputku. Detik demi detik aku menunggu. Menit demi menit aku masih menanti sembari terus berjalan ke atas. Namun realitas tak semanis ekspektasi. Aku berusaha tetap tegar di atas gunung ini. Sebisa mungkin aku harus kuat, meskipun suasana mulai mencekam karena kegelapan. Tak dapat dinafikan pula sesekali pikiran negatif terus berusaha menyerangku. Aku baru menyadari bahwa waktu itu adalah malam satu Suro yang begitu sakral.


      Masih dalam suasana mencekam, aku mencoba berpasrah diri kepada Sang Ilahi bahwa hidup dan matiku ada di tangan-Nya.
Tak berselang lama, dari kejauhan ada 2 motor bebek yang berjalan ke arahku. Aku pun sudah bersiap-siap melambaikan tangan untuk meminta tolong padanya. Setelah jarak begitu dekat, aku terus melambaikan tangan dan berucap  "Njalok tolong mas(minta tolong mas!)". Dan Alhamdulilah, salah satu pemotor ini mau berhenti dan bertanya kepadaku. " Ada yang bisa dibantu mas?" ujarnya. Aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. "Aku ditinggal teman mas. Awalnya kami berboncengan, tiba-tiba di jalur tanjakan ekstrim yang mas lewati tadi, motor yang saya naiki bersama temanku tampaknya tak kuat melaju. Dan saya memutuskan untuk turun mendorong motor tersebut. Mungkin teman saya tak menyadari ketika saya turun. Saya minta tolong mas!!!(dengan nada merendah) "Ya sudah mas, ayo naik! aku bantu mengejarnya" katanya.
Tak berpikir panjang, Aku langkahkan kakiku untuk menaiki jok motor tersebut.


         Di tengah-tengah perjalanan, kami ngobrol di atas motor. "Masnya dari mana?" ujarnya. Asal saya Lumajang mas!
saya lagi perjalanan pulang dari Kota Wonosobo. Lalu masnya berkata lagi, "Coba masnya telpon temannya, mungkin diangkat!". Oh iya mas, seketika itu tanganku langsung mengambil gadget yang ada di saku celana. Ketika gadged sudah saya lihat, tampaknya tak ada sinyal sama sekali. Aku pun bilang kepda mas penolong tersebut. Belokan demi belokan sudah kami lalui, masih belum juga terlihat batang hidungnya teman saya. Selang beberapa waktu, dikejauhan ada dua motor yang terlihat. "Teman kamu pakai pakaian apa mas" katanya. "Pakai jaket warna merah mas" kataku. Dengan menambah kecepatan motor, akhirnya motor yang saya naiki perlahan-lahan mendekati teman saya.
Sontak aku teriak manggil-manggil namanya dan mas penolong membunyikan klakson agar teman saya berhenti. Tak lama setelah mendengar klakson dan teriakan saya, teman saya langsung menepi di jalan dan berhenti.
Ketika melihat ke arah belakang langsung kaget bahwa saya dibonceng orang lain.


        Sessat setelah kejadian itu berlalu, saya mengucapkan terima kasih banyak dan meminta maaf kepada mas penolong yang tidak mau disebutkan inisialnya. Dengan mengucap Alhamdulillah, saya bersyukur banget masih ada orang yang berbaik hati menolong saya untuk mempertemukan kembali dengan teman yang beberapa menit berjarak. Kemudian saya berboncengan kembali dengan kawan untuk melanjutkan perjalanan pulang menuju Kota Lumajang.
Masih di atas motor, saya bertanya "Opo'o samean kok ninggalno aku cak?" (kenapa kamu meninggalkan aku mas?). Dia langsung menjawab, "Aku tak tahu kalau kamu turun dari motorku beberapa menit yang lalu dan aku fokus mengejar perempuan didepanku yang mengendarai motor bebek, tampaknya dia begitu anggun dengan baju putihnya."


Subhanallah.............(Aku terenyuh!)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani