Tumpahan Cerita di Kota Cerutu



Malam ini,
aku sengaja memasung diri
di trotoar depan pasar
aku duduk sambil menyelami kembali goresan cerita yang telah tertumpah di atas kanvas kehidupan

waktu itu,
ketika warna merah maron tertuang di suatu kota cerutu,
Aku melihat semua telah membawa senjata dari balik bilik,
ruang yang tersekat dalam ikat
Siap meraung dalam ruang

Saat di ruang luas dan setengah terbuka
Aku mendengar,
Aku melihat
sosok immawati yang sedang beraksi
untuk menata sebuah diksi
Renyah dalam suara
beradu asa dalam suasana
semua saling berlomba
untuk mematahkan sebuah rencana

Hahaha...(cekakak-cekikik)
Aku tertawa dalam diam
Aku berusaha menahan kalimat-kalimat yang sedang berjalan mengitari ubun-ubun ini

Sebagai orang baru,
aku berusaha mengenal ritme perjalanan dari kata-kata yang diucapkan oleh kawan-kawan
Dimana aku harus mencari cara,
menunggu waktu
dan meniti keadaan

Namun, kawanku yang satu ini semakin menggila saja.
Dia sangat piawai,
pandai bermanufer
hingga tak ada kata
selain kata menang
dan Diam adalah suara kebenaran.

Lumajang, 26-03-2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani