Tumpahan Cerita di Kota Cerutu
Malam ini,
aku sengaja memasung diri
di trotoar depan pasar
aku duduk sambil menyelami kembali goresan cerita yang telah tertumpah di atas kanvas kehidupan
aku sengaja memasung diri
di trotoar depan pasar
aku duduk sambil menyelami kembali goresan cerita yang telah tertumpah di atas kanvas kehidupan
waktu itu,
ketika warna merah maron tertuang di suatu kota cerutu,
Aku melihat semua telah membawa senjata dari balik bilik,
ruang yang tersekat dalam ikat
Siap meraung dalam ruang
ketika warna merah maron tertuang di suatu kota cerutu,
Aku melihat semua telah membawa senjata dari balik bilik,
ruang yang tersekat dalam ikat
Siap meraung dalam ruang
Saat di ruang luas dan setengah terbuka
Aku mendengar,
Aku melihat
sosok immawati yang sedang beraksi
untuk menata sebuah diksi
Renyah dalam suara
beradu asa dalam suasana
semua saling berlomba
untuk mematahkan sebuah rencana
Aku mendengar,
Aku melihat
sosok immawati yang sedang beraksi
untuk menata sebuah diksi
Renyah dalam suara
beradu asa dalam suasana
semua saling berlomba
untuk mematahkan sebuah rencana
Hahaha...(cekakak-cekikik)
Aku tertawa dalam diam
Aku berusaha menahan kalimat-kalimat yang sedang berjalan mengitari ubun-ubun ini
Aku tertawa dalam diam
Aku berusaha menahan kalimat-kalimat yang sedang berjalan mengitari ubun-ubun ini
Sebagai orang baru,
aku berusaha mengenal ritme perjalanan dari kata-kata yang diucapkan oleh kawan-kawan
Dimana aku harus mencari cara,
menunggu waktu
dan meniti keadaan
Namun, kawanku yang satu ini semakin menggila saja.
Dia sangat piawai,
pandai bermanufer
hingga tak ada kata
selain kata menang
dan Diam adalah suara kebenaran.
pandai bermanufer
hingga tak ada kata
selain kata menang
dan Diam adalah suara kebenaran.
Komentar
Posting Komentar