Bukan Ikatan Mahasiswa Manja


Tepat di tanggal 14 Maret 2021, kader Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) memperingati milad (hari kelahiran) ke-57 tahun. Kalau ditilik dari usia manusia, mungkin sudah menginjak usia senja dan seyogianya sudah matang dalam berpikir dan bersikap. Namun, ini adalah organisasi yang notabene bisa dilihat kematangannya dari setiap kader-kader IMM, bukan pada organisasinya karena organisasi bukan barang hidup. Derap langkah sebuah organisasi akan terus ada bila kader terus terjaga, dalam artian perkaderan terus berjalan dengan seiring berjalannya waktu karena perkaderan seharusnya adalah pekerjaan yang tidak akan pernah usai. Tampaknya, hal tersebut adalah urgensi yang harus senantiasa diperhatikan oleh kader-kader IMM pasca menyandang sebagai senior (fokal IMM).

Dalam kesempatan yang baik ini, tema pada milad IMM ke-57 tahun yang diambil oleh Dewan Pimpinan Pusat IMM adalah "Membumikan Gagasan Membangun Peradaban" yang tentunya pasti melalui proses diskusi panjang terlebih dahulu terkait pengambilan tema tersebut. Pertanyaannya adalah yang dimaksud membumikan gagasan ini seperti apa? Bagaimana prosesnya? serta membangun peradaban yang diharapkan itu seperti apa sehingga terciptanya negeri indah adil dan makmur seperti cita-cita para pendahulu kita! Sering kali kita terlepas dari subtansi atau isi dalam sebuah tema. Mungkin ada orang yang berbicara, "Alah wong hanya tema ngunu wae kok diperdebatkan" begitu kira-kira kader menyangsikannya."Kan kita aktipis bang, yang setiap kata/kalimat harus senantiasa kita maknai tidak hanya meluas, akan tetapi harus mendalam juga," ujar immawan."Oh iya, kamu kan aktipis, meskipun sering kali mempersoalkan hal-hal yang sebenarnya kurang subtantif! Tapi masih mending lah, dari pada kamu aktipis tapi pasif! Nanti jadi pasifis. Heuheu.... Sori bercanda, masak kader IMM baperan sih!

Bincang-bincang soal milad IMM ke-57 tahun, kira-kira apa yang mau kita lakukan pada hari ini, esok, atau nanti ya? apa mungkin hanya sekadar euforia semata dengan mengirim twibbon/flyer di media sosial agar terlihat tampak lebih gagah dalam ber-IMM? atau mengirim video ucapan dari para orang-orang ternama untuk dijadikan pem-branding-an semata? Atau ada hal-hal lain? Entah lah, saya rasa memang tidak bisa dimunafikan lagi bahwa hal tersebut adalah sebagai salah satu upaya untuk berkiprah dalam dunia maya guna mengajak mahasiswa maupun mahasiswi untuk bergabung dengan IMM. Dengan menghadirkan quotes para tokoh-tokoh ternama dalam bidangnya masing-masing, diharapkan ada ketertarikan dari para siswa yang maha itu untuk menjadi bagian dari kader IMM. Terlebih dari itu, ada hal inti untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, setidaknya kita berusaha untuk terus berbenah dalam hal berkemajuan. Karena tanpa berusaha untuk aktif, kreatif, serta inofatif dalam berorganisasi, saya rasa kita dalam organisasi tersebut sepertinya ada yang kurang. Lampauhi batas pemikiranmu dengan hal-hal yang baru! Atau bahkan yang lebih parah lagi di organisasi adalah cuma sekadar tempat untuk numpang berhura-hura saja ben podo koyo kancane. Hehe...

Seperti yang tertulis dalam tema, membumikan gagasan saya rasa masih mempunyai makna umum (general). Menurut pemahaman saya, frasa tersebut sebenarnya adalah kita dipaksa untuk keluar dari yang namanya zona nyaman. Soalnya bicara soal gagasan pasti harus dimulai dengan banyaknya wawasan keilmuan serta pengetahuan. Lantas, dari mana kita mendapatkan keilmuan serta pengetahuan? Jawabnya adalah dengan kita meng-iqra'. Ya... Membaca! Membaca di sini tidak hanya sekadar hal-hal yang tertulis, akan tetapi lebih dari itu kita seyogianya bisa membaca lingkungan sekitar kita juga. Pada realitasnya hari ini adalah banyak teman-teman kader yang melalaikan perihal mendasar tersebut sebagai pra syarat  untuk terus berpikir berkemajuan.

Saya rasa IMM adalah kependekan dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, bukan Ikatan Mahasiswa Manja apalagi Ikatan Mahasiswa Malas! Manja ketika mendapatkan sebuah persoalan sedikit saja, kita mudah limbung, baperan, serta kurangnya berpikir terbuka (open minded) dengan menerima kekurangan dan mau mendengarkan masukan yang membangun dari orang lain. Malas bila berkaitan soal membaca dan menulis misalnya, sehingga kita lemah dalam persoalan gagasan. Bayangkan saja, ketika kita yang notabene berperan sebagai agen perubahan (agent of change), pengontrol sosial (social control ), penjaga nilai, penerus bangsa, serta penjaga moral (moral force) namun pada kenyataannya sering kali sibuk dengan dunianya sendiri, berlebih-lebihan dalam kesibukan yang kurang progresif, sering kali dipermainkan permainan (ngegame), serta masih banyak hal-hal lain yang terkadang malah diprioritaskan padahal mungkin hanya bisa dilakukan dengan sewajarnya saja.
Kira-kira kalau sudah begitu, mau dibawa ke mana arah gerak kader IMM yang sedang dimabuk kepayang tersebut oleh kemajuan teknologi? Padahal kalau kita mau berpikir sederhana saja, sesederhana mungkin sebenarnya seorang mahasiswa atau lebih tepatnya bisa dibilang aktivis tersebut memanglah dirancang atau didesain untuk lebih peka melihat lingkungan sekitar dalam bermasyarakat serta sebagai penerus dalam melanjutkan tampuk kepemimpinan, karena ilmu yang diajarkan sewaktu diperkuliahan saya rasa masih belum lengkap bila kita tidak mengimbanginya dengan masuk menjadi bagian dalam organisasi sebagai kader. Apakah nggak nguuweeri kalau sudah begini! Kader yang dipersiapkan sebagai manusia yang lebih baik ketimbang yang tidak mengikuti organisasi, tapi realitasnya masih jauh dari apa yang diharapkan. 

Kita juga sering kali terlalu bersikap eksklusif, menutup diri, kalau tidak dengan orang-orang yang kita kenal, biasanya kita enggan  untuk membuka komunikasi dengan orang lain. Maka tak hayal bila kita sering kali ketinggalan dengan organisasi-organisasi sebelah seperti HMi, PMII, atau pun organisasi mahasiswa lainnya dalam menanggapi isu-isu terbaru yang sedang berkembang. Semisal perihal kebijakan pemerintah, persoalan ekologi yang sedang marak, Hak Asasi Manusia (HAM), korupsi, serta krisis moral dan kepercayaan. Setidaknya pada milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ke-57 tahun ini marilah kita bermuhasabah bersama untuk terus meningkatkan kesadaran kolektif bagi setiap kader sehingga tercapainya tujuan IMM itu sendiri yakni "Mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. "



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani