Lagu Pengembara
Pagi ini, tepat pukul 00.03 WIB di ruang tengah yang berderet kursi panjang dan dua meja pada rumah bersejarah. Kenapa saya katakan bersejarah? Karena bagi saya, rumah ini bercerita tentang banyak hal, kakek-nenek, tentang buyut-buyut saya yang pernah tinggal dan menghabiskan sisa hidupnya di sini. Ya, di tempat ini!
Berdiam diri sejenak. Tak tahu kenapa, tiba-tiba angan ku mulai melayang, lamunan ku mulai menjelajah tentang puing-puing kenangan yang jauh dan tertinggal di kota orang. Kota yang berjuluk seribu satu sungai adalah kota di mana awal saya berproses untuk terus-menerus mendewasakan sikap dan pemikiran sampai sejauh ini, kota yang masih banyak pepohonan, kota yang kaya akan oksigen, kota yang sebagian penduduknya hidup dari kekayaan alam negeri ini.
Awal cerita ini dimulai adalah ketika saya mendengarkan sebuah lagu yang secara tidak sengaja daftar putar lagu pada laptop yang saya putar secara acak, berbunyi lagu yang mengingatkan tentang masa-masa itu yang tidak akan pernah bisa saya lupakan sampai kapan pun. Masa di mana aku pernah bertemu teman baru di sebuah angkringan, masa di mana aku makan di sebuah warung lalapan, masa di mana aku harus tidur dengan ribuan ayam di sebuah kandang yang berada di tengah hutan, dan masa di mana aku harus menjalani sebagai anak kos-kosan yang serba dengan keterbatasan.
Mungkin lagu tersebut bisa jadi lagu kenangan Anda juga sewaktu menjadi perantau! lagu yang bernada kalem, melankolis, iramanya naik turun, nadanya begitu syahdu didengarkan, lagu yang mengisyaratkan akan pemaknaan yang begitu dalam karena suara bernada tinggi yang dikeluarkan oleh vokalis itu sendiri, lagu tersebut mampu menyentuh jiwa yang seolah-olah menjadi rapuh secara mendadak. Lagu tersebut juga biasanya diputar di dalam bus-bus antar kota, lagu tersebut diputar juga di tempat-tempat proyek pembangunan rumah.
Kalau Anda menebak lagu tersebut berasal dari Blambangan, itu tepat sekali. Bukan karena saya orang dari Blambangan, terus saya mempromosikan akan hal itu! Akan tetapi, saya mengakui dan kagum saja kalau lagu yang datangnya dari Blambangan, Bayuwangi itu seperti mempunyai daya emosional tersendiri, itu pun kalau menurut saya.
Masa itu bisa jadi kenangan yang sangat memorable karena di sana bagiku bisa dibilang kota perkaderan alam, yang menuntut keras untuk tetap bertahan hidup (survive) meskipun dalam keadaan apapun dan bagaimana pun caranya. Saya ditempa di kota itu untuk selalu berpikir keras untuk menyelesaikan persoalan-persolaan yang datang silih berganti.
Karena saya yakin dan percaya bahwa dimana pun bumi kita pijak, di situ juga pasti tersedia rezeki buat kita, karena kita dikarunia alat yang canggih yaitu akal pikiran oleh Tuhan untuk selalu mencari solusi atas persoalan-persoalan kehidupan.
Kalimantan, aku mengenangmu di balik kata lagu!
!
Komentar
Posting Komentar