Cilok Senja





Cerita ini berawal ketika matahari mulai terbenam di ufuk barat. Paijo sedari kemarin sudah berjanji kepada teman-teman lewat gawai bahwasannya hendak menjenguk bapak dari seorang teman perempuannya yang sedang berada di rumah sakit bersama kawan-kawannya yang tergabung dalam satu organisasi.

Sebelum berangkat, antar kawan satu dengan yang lain saling berkomunikasi melalui gawai bahwa sepakat untuk berkumpul di pusat kota. Tepat pukul 14.OO WIB semua kawan Paijo berangkat menuju ke pusat kota yang berada di Alun-Alun. Dengan membawa sebuah bungkusan, Paijo pun berangkat dari rumahnya menuju pusat kota sekitar 10 menit menggunakan sepeda bermotor karena lokasi yang dituju tidak terlalu jauh.

Sesampai di pusat kota, dua kawan Paijo telah datang terlebih dahulu. Paijo bersalaman dengan kedua kawannya itu dan ngobrol kecil sambil menunggu 3 kawannya yang masih berada dalam perjalanan.

15 menit pun berlalu begitu lama dalam penantian, terlihat duduknya dua kawan Paijo mulai berpindah-pindah. Dari yang tadinya sekadar duduk, sekarang mulai berdiri.
"Bagaimana kalau kita langsung ke rumah sakit terlebih dahulu dan menunggu kawan-kawan yang lain di sana?" ujar salah satu kawan Paijo.
"Kalau memang begitu japri dulu kawan kita yang ada di rumah sakit, apakah masih di sana!" ujar Paijo.
"Dia sudah ada di rumah sakit, ayo kita ke sana! Kita tunggu kawan-kawan yang lain di sana saja! Ini balasan Whatsapp-nya!"
"Baiklah kalau begitu, ayo kita berangkat!" Paijo berucap lagi.

Perlahan-lahan Alun-Alun Kota mulai ditinggalkan Paijo bersama kedua kawannya. Setelah 5 menit, sampailah Paijo di depan rumah sakit dan sudah ditunggu sama kawannya yang bapaknya sedang sakit. Lantas begitu, Paijo dan kedua kawannya tak langsung memasuki rumah sakit tersebut. Mereka malah asyik ngobrol di depan rumah sakit sembari menunggu kawannya yang lain datang.

Karena kawannya tak kunjung datang juga, akhirnya Kedua kawannya Paijo berjalan menuju pintu rumah sakit untuk menjenguk bapak dari kawannya. Lantas Paijo pun tidak ikut kawannya dan malah menunggu di depan rumah sakit sendiri karena dia tidak membawa kain penutup mulut. Tak tahu alasannya entah kenapa, kawan Paijo yang satunya kembali menuju Paijo dan terjadilah sebuah jagongan di situ.

Di sela-sela jagongan tersebut, ada penjual cilok di seberang jalan tidak begitu jauh dari tempat jagongan mereka. Tiba-tiba Paijo berkeinginan membeli cilok tersebut karena dia kenal dengan penjualnya. Tidak berpikir panjang, Paijo langsung menyebrang jalan secara hati-hati karena banyak lalu lalang kendaraan bermotor. Sesaat setelah di seberang jalan, Paijo langsung membeli cilok tersebut sambil bercanda.

Eh...tiba-tiba, di sisi jalan juga ada penjual cilok. Paijo kenal juga lagi sama penjual cilok satunya dan Paijo dipanggil sama penjual cilok tersebut.
"Aduh! Jadi nggak enak ini membeli cilok di sini aku. Sedangkan bapak penjual cilok di seberang terus memanggil-manggil aku!" gumam Paijo dalam hatinya. Paijo pun langsung nyemauri orang jualan cilok tersebut dengan suara agak keras.

Walhasil, mungkin Paijo merasa malu atau memang orangnya merasa tidakenak-an serta merasa iba juga. Akhirnya Paijo pun membeli dagangan orang tersebut dengan harga yang sama pula yaitu sama-sama membeli dengan harga 5 ribuan.
Sesaat setelah kejadian tersebut, barulah  3 kawannya datang  yang sedari tadi ditunggu-tunggu.


https://mizanaljabar.blogspot.com/2020/08/cilok-senja.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belok Kiri Jalan Terus