Untukmu Aku Bingung





Sejauh ini saya tak berpikir sejauh itu
mungkin kata Pak Sapardji
Diksi-diksi yang diracik dengan unsur kesederhanaan
mampu membawa kenangan yang begitu mendalam

Ketika sajak-sajaknya mulai dilantunkan
seolah kita dibawa dalam dekapan cerita
dimana pikiran harus berpikir berkali-kali
untuk sekadar memahami tentang amanat yang ingin diamanatkan

Selalu demikian,
aku pun terkadang bingung dalam mengartikannya
Sampai saat aku membacakan tulisan ini
aku masih tak mengerti tentang keabadian

Saat sukma terlepas dari raga
ketika nama mulai dilangitkan
Dan saudara-saudari larut dalam perasaan
perlahan-lahan, engkau dipaksa berkawan dengan tanah
menaruh jasad untuk kembali kepda sang pencipta
menjadi harum dan indah dalam rupa bunga kemboja
menghias taman tempat orang-orang berpulang

Kini aku baru tersadar
ketika harimau mati bisa meninggalkan belang
Ketika gajah mati bisa meninggalkan gading
Dan ketika manusia mati pasti meninggalkan nama

Mungkin tidak hanya itu
saat engkau tiada, engkau mampu meninggalkan pena
Pena kesederhanaan,
dimana kesederhanaan pada saat sekarang adalah sesuatu yang mewah

Di tengah arus zaman yang begitu cepat
terkadang kita terlupa
bahwa budaya semakin terluka
ketika satu-persatu orang tua hilang dalam peredaran sejarah

Masih di bulan kemerdekaan bangsa ini
pada acara 40 hari ketiadaanmu
aku yakin engkau telah hadir pada malam hari ini
melirik muda-mudi membacakan jejak-jejak cerita tentang goresan tintamu
tersenyumlah engkau di balik bilik
abadilah dalam keabadian

Pasirian, 27 Agustus 2020












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belok Kiri Jalan Terus