mi kuah



Kekasih,
maafkan aku yang tak bisa seperti mi kuah hangat dengan ceplok telur di atasnya
di saat air mulai mencium tanah.

Bau harum itu merobek hidung
aku terbawa dalam lamunan
tentang perjalanan panjang
melewati pegunungan dengan gerimis yang terus saja menimpa

Saat badan ini menjadi sandaran
Engkau mulai membuka pembicaraan
di atas roda dua, aku seolah hidup bak pemeran utama dalam novel cinta
denganmu aku siap berjuang melawan badai gelombang dengan segala bentuknya


Pasirian, 20 Agustus 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani