Pencuri Suara Azan




Pagi-pagi benar di dusun kita sedang heboh dengan sebuah kejadian yang hampir tidak pernah terjadi. Memang kejadian tersebut bisa dibilang langkah.

Sesaat setelah Azan Subuh mulai berkumandang di masjid, bersiap-siaplah muazin yang ada di dusun kita untuk mengumandangkan Azan Subuh di musala. Sebut saja namanya Slamet. Dia adalah pria paruh baya yang tak pernah absen dalam mengumandangkan Azan, terutama Azan Subuh.

Setelah bangun dari tempat tidurnya, Slamet bergegas menuju kamar pembasuhan dan berganti baju, sarung, serta memakai songkok untuk menuju musala. Dengan berjalan secara perlahan menggunakan bakiak yang selalu setia menemaninya, Slamet terlihat begitu santai. Sekitar 30 meter jarak antara rumah Slamet dengan musala yang biasa dibuat untuk salat berjamaah.

Sesampai di musala, Slamet meletakkan bakiak di tempat sandal dan mulai naik ke tangga lantai pada musala tersebut langsung menuju tempat berair untuk berwudu karena dia berniat untuk berwudu di samping musala. Dari mulai membasuh muka, tangan, rambut kepala, telinga, sampai kaki dengan disertai niat dalam hati, kemudian Slamet menuju pintu musala.

Kriek...Kriek...Terdengar suara pintu musala mulai dibuka oleh Slamet dan tangannya mulai meraba tembok pada dinding untuk meraih sakelar guna menyalakan lampu.

Setelah lampu mulai menyala, Slamet menuju ke sebuah lemari kayu yang berisi seperangkat alat pengeras suara.

Tak diduga maupun dinyana, ternyata pagi itu seperangkat alat pengeras suara raib digondol cicak. Maaf, saya ralat ya! Ternyata pagi itu seperangkat alat pengeras suara yang digunakan untuk mengumandangkan azan telah raib digondol maling. Nah, baru ini yang benar. Masak cicak bisa nyolong? Hehe...

Kembali ke alur cerita, Slamet merasa ngilu bukan kepalang ketika alat pengeras suara yang biasanya digunakan tiba-tiba hilang begitu saja. Salon serta alat yang dibuat untuk mengatur tinggi rendahnya nada itu raib dan yang tersisa tinggal microphone saja. Kemudian dia memberi kabar kepada orang-orang di sekitar bahwa alat pengeras suara tersebut telah hilang.

Singkat cerita, karena azan Subuh harus dikumandangkan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya sebelum matahari terlihat sinarnya begitu nyata, dengan berat hati Slamet mengumandangkan Azan Subuh tanpa pengeras suara.

Semoga kejadian ini bisa kita ambil hikmanya secara bersama-sama bahwa maling benar-benar sudah tak mengindahkan tempat manapun. Dengan kejadian ini, Kita senantiasa selalu menjaga kewaspadaan dimanapun dan kapanpun. Sampai cerita ini saya tulis, alat pengeras suara tersebut masih belum ditemukan. Semoga secepatnya ada pihak yang bisa menghadirkan kembali alat pengeras suara tersebut biar Slamet bisa mengumandangkan suara emasnya lagi.

https://mizanaljabar.blogspot.com/2020/08/pencuri-suara-azan.html


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani