Lah kita?
Sering kali kita mendengar sebuah kata-kata motivasi baik dari media sosial maupun dalam lingkungan sekitar untuk membangkitkan kembali semangat ketika kita dalam kondisi down atau terpuruk. Mungkin satu diantara kata-kata motivasi tersebut yang sering kali kita dengar atau baca adalah "kalau orang lain bisa, mengapa kita tidak bisa?"
Hal tersebut wajar-wajar saja kita serap dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai representatif untuk mewujudkan kekuatan kata-kata dalam konteks yang positif. Namun dalam kaca mata yang lain, patut kita sadari bahwa sebuah pencapaian atas kesuksesan orang lain itu pasti ada sebuah pengorbanan dan tidak serta merta perubahan itu datang secara instan dengan sendirinya.
Dalam tulisan ini, saya bukan bermaksud menebarkan pesimistis kepada teman-teman pembaca, akan tetapi kita seyogianya bisa mengukur kadar kapasitas diri kita sejauh mana, bisa dan mampu meng-grayai diri nggak?, wawas diri nggak? Memang terkadang ada hal-hal yang harus dilatih secara terus-menerus untuk mencapai hasil yang seperti diharapkan serta memang adanya faktor X yang terkadang kita harus sadari secara bersama. Mungkin hal itu memang butuh kesadaran dan perenungan untuk mencari jalan dalam menggapai sebuah tujuan.
Menurut pendapat saya, kesuksesan bukan dilihat dari perbandingan kita dengan orang lain, akan tetapi perbandingan diri kita sendiri dan kita akumulatif kan sebagai perbandingan untuk melakukan hal yang lebih dari sebelumnya dan tentunya tidak mengurangi sisi kebermanfaatan. Apalah daya jika sukses tapi kurang atau tidak bermanfaat bagi orang lain! Bukan kah kita ketahui bersama bahwa Tuhan pun tidak menyuruh kita sukses melainkan bermanfaat. Tentu lebih indah lagi apabila kita sukses dan bermanfaat bagi sesama umat. Lah kita?
Komentar
Posting Komentar