Ratapan Makhluk Bersuara Lantang

 




Setiap hari tampaknya ada mahkluk yang gusar menjalani hidupnya secara tidak wajar. Kebebasannya terenggut ketika tangan-tangan jail itu berusaha menuhankan ego dan mempercepat rusaknya alam semesta.


Berkelana ke sana kemari pun sudah tidak akan terjadi lagi saat makhluk tersebut terbelenggu oleh barisan lidi-lidi yang menjulang ke atas bak ruang isolasi. Nelangsa sepanjang hayat adalah derita yang harus ditanggung.


Jikalau aku jadi dia, pasti aku tidak sanggup untuk menjalani sisa hidup yang telah digariskan oleh Sang Maha Tunggal. Hari-hari bagaikan neraka dunia, tubuh tidak mampu melihat karunia yang telah diberikan oleh Tuhan dan melanglangbuana adalah suatu cita-cita yang sangat didambakan.


Terlihat matanya sembab dan hampir meneteskan air, namun dia berusaha tegar untuk menjalani hidup. Dia sama sekali tidak bersalah, tapi mengapa manusia selalu menyalahi tentang tatanan yang sudah ditata. Bukankah kita sebagai manusia harus tetap mengupayakan untuk ber-ikhsan dengan sesama mahkluk?


Sebut saja mahkuk itu bernama burung. Iya, burung! Mungkin saja utusan Tuhan yang bisa berbahasa dengan binatang pada saat sekarang ini sedang menangis tertegun-tegun ketika melihat manusia yang suka memenjarakan seekor burung yang seharusnya terbang bebas melihat cakrawala, bercinta dengan kekasihnya, memberi makan anak-anaknya, memburu makanannya, dan menjalankan rantai makanan yang sudah digariskan.


Apakah ketika burung itu terbang bebas di alam ini pernah merasakan yang namanya kelaparan hingga manusia sibuk mencarikan makan dalam sebuah sangkar? Saya rasa tidak! Dia pergi pagi dan pulang sore pasti mendapatkan makanan. Buktinya, burung yang ada di alam terbuka tidak ada yang kurus dan semua itu telah diatur oleh Tuhan dalam tata kosmos keseimbangannya.


Tulisan ini tidak saya maksudkan kepada para pencinta burung peliharaan, akan tetapi sebagai refleksi saya pribadi seumpama saya menjadi mahkluk dalam sangkar tersebut yang jiwa raganya dibelenggu sampai akhir hayat. Jikalau hobi anda memang pecinta burung, ya itu hak anda dan saya tidak patut serta tidak layak untuk melarang-larang anda memelihara burung karena saya bukan siapa-siapa anda! Tulisan ini saya tulis akibat kegelisahan melihat burung yang selalu gusar mencari pintu sangkar untuk bersiap terbang bebas melihat cakrawala.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belok Kiri Jalan Terus

'Jajane Si Mak' (Jajan Pasar)