Ojo Lali Temu Ireng
Temu ireng adalah salah satu tumbuhan jamu yang hidup subur di negeri ini. Tumbuhan yang bernama latin Curcuma Aeruginosa termasuk tumbuhan akar-akaran yang sering kali digunakan sebagai obat pembersih darah serta penyakit pada kulit. Tumbuhan ini termasuk tetangga dengan kunyit, jahe, kencur, temulawak, serta tanaman obat yang beruas lainnya. Bisa dibilang saudara kandung namun berbeda warna dan rasa, akan tetapi sama-sama tanaman obat.
Menurut pendapat saya, tumbuhan ini syarat akan makna kalau dikaji dalam disiplin ilmu Cocoklogi. "Ah...Memang cocoklogi masuk dalam disiplin ilmu apa?" Sepertinya tidak, saya hanya meraba-raba saja dalam relativitas, sejauh tidak mengganggu disiplin ilmu tentang tumbuh-tumbuhan itu sendiri. Namun pada tulisan kali ini, Anda juga berhak tahu serta mengetahui kandungan apa-apa saja yang terkandung dalam tanaman yang bernama temu ireng selain sebagai obat.
Entah siapa atau dari mana asal mula penyebutan tanaman tersebut disebut dengan sebutan temu ireng! Yang pasti nama temu ireng itu sudah ada dari cerita turun-temurun dari ibu, bapak, kakek, nenek, buyut, bapaknya buyut, ibunya buyut, sampai buyutnya buyut. Yang pasti, temu ireng ini bisa saya pastikan yang memberi nama adalah orang Jawa, karena kata ireng kalau diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti warna hitam, sedangkan untuk kata temu bisa diartikan sebagai sua, jumpa. Maka, bila kata tersebut disandingkan akan bermakna berjumpa dengan warna hitam.
Memang tidak salah, kalau Anda pernah membuat jamu temu ireng, warnanya memang kehitam-hitaman dan rasanya pasti pahit, terlebih lagi kalau tidak diberi beberapa sendok gula atau madu. Dijamin lidah Anda akan merasakan kegetiran. Namun biasanya sesuatu yang pahit itu terkadang bisa menyehatkan dan sesuatu yang manis bisa saja mengakibatkan penyakit gula berlebihan atau diabetes. Ingat, kalau mengonsumsi secara berlebihan loh ya! Karena Allah SWT juga tidak suka dengan sesuatu yang berlebih-lebihan dalam firman-Nya yang saya dengar dari tausiyah kapan hari di salah satu media sosial.
Mungkin bagi sebagian orang, warna hitam adalah warna yang akan memberi kesan suram, gelap dan menakutkan. Akan tetapi,
saya kurang atau tidak sependapat dengan pendapat tersebut meskipun ada benarnya juga. Saya menganggap warna ireng (hitam) dalam tanaman temu ireng tersebut serupa dengan malam, bahwa dalam malam yang gelap tersebut, Anda bisa bertemu, bersua dengan diri Anda sendiri, sebenarnya Anda seperti apa dan bagaimana. Ada dua opsi di sana yang bisa kita ambil hikmah menurut se-pemahaman saya. Pertama, Anda merasa takut, cemas, was-was, serta tidak percaya diri akan diri Anda. Sedangkan opsi yang kedua adalah Anda yang berani menaklukkan diri Anda sendiri dari rasa takut, lebih tenang, damai, tentram, dan lebih fokus untuk berkontemplasi dalam keheningan malam, bermuhasabah dari lelapnya tidur dari sebagian orang, nyawiji dengan Sang Maha Pencipta dan mampu memaknai kehidupan yang penuh dengan liku-liku, penuh dengan misteri, dan terkadang tak tahu jluntrungane sebenarnya bagaimana tentang alur dari kehidupan kita di dunia ini.
Hanya dalam malam, kita terlepas dari yang namanya keberpura-puraan, berbuat seolah-olah, berlagak, dan hampir bisa dipastikan tidak ada topeng yang melekat pada diri kita dihadapan Tuhan Yang Maha Tunggal ketika Anda dalam kesendirian.
Ojo lali temu ireng!
Komentar
Posting Komentar