Tidak Boleh Tidak






Suatu cerita tentang keluarga Pak Soepeno dengan istri dan kedua anaknya di sebuah desa terpencil dan jauh dari hiruk pikuk kota. Cerita ini berawal ketika mentari mulai menampakkan kembali sinarnya untuk penanda waktu bahwasannya pagi mulai datang.

Setelah sarapan di pagi hari bersama istri dan kedua anaknya, Pak Soepeno langsung bergegas mempersiapkan cangkul dan sabit menuju persawaan dengan mengayuh sepeda tua. Ia bekerja menjadi buruh tani serabutan.

Di waktu bersamaan, kedua anaknya berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki dan sang istri menyusul teman buruhnya untuk menanam benih padi di sawah milik tetangganya.

Biasanya, istrinya Pak Soepeno berada di rumah. Ia jarang sekali ke sawah apabila tak ada orang yang menyuruhnya untuk menanam padi di sawah atau pekerjaan serabutan lainnya.

Sesampai di sawah, Pak Soepeno tiba-tiba terngiang omongan istrinya waktu semalam ketika berbincang bahwasannya kedua anaknya yang bersekolah di Sekolah Dasar harus segera membayar iuran.

Di lain sisi, rumah Pak Soepono pun sering kali kebocoran apabila hujan turun karena atap rumahnya tak lagi kuat menahan derasnya air hujan. Belum lagi perihal kebutuhan hidup yang lainnya.

Sebagai bapak yang baik, Pak Soepeno tak pernah dan ingin memperlihatkan sedikitpun keluh kesahnya kepada keluarga tercinta. Ia ingin menjaga senyum dari istri dan kedua anaknya.

Ia terlihat begitu tegar dan pundaknya seolah sanggup memikul beban kehidupan. Padahal lamunannya sering kali mengganggu tidurnya pada malam hari ketika istri dan kedua anaknya tidur dengan lelap di sebuah rumah yang berndinding anyaman bambu kurang lebih berukuran 5×4 meter.

Pak Soepeno senantiasa selalu menjaga semangat hidupnya untuk terus menghidupi keluarganya.

Kerja pun di mulai. Pak Soepeno dengan cekatan memegang gagang cangkul dan menghempaskan ke tanah pada pematang sawah yang hendak dibajak oleh kerbau.

Terlihat beberapa menit keringat mulai bercucuran di atas kulit Pak Soepeno dari wajah hingga kedua tangannya karena matahari yang begitu terik.

Sesekali Pak Soepeno duduk dan minum air putih yang telah disediakan oleh sang pemilik sawah. Caping pun mulai dilepas dari atas kepalanya dan mulai dikipas-kipaskan ke arah wajahnya karena mungkin begitu gerahnya.

Sambil sedikit bercanda dengan buruh tani yang lain, terlihat Pak Soepeno mulai menggerenyotkan bibir dan terlihat gigi yang agak kekuning-kuningan dengan menampakkan senyuman tipisnya.

Mungkin Pak Soepeno sedikit lupa terkait beban yang sedang ia rasakan ketika harus kembali ke rumah. Penghasilan yang pas-pasan bahkan hampir bisa dikatakan kurang dari cukup, lantas Pak Soepono tidak patah arang dan patah semangat untuk tetap semangat dalam bekerja.

Singkat cerita, Zuhur pun tiba dan waktunya pulang buat Pak Soepeno. Namun, sebelum ia pulang, sang pemilik sawah telah mengganti keringat Pak Soepeno dengan kertas yang berlabelkan rupiah.

"Alhamdulillah, terima kasih pak!" Ujar Pak Soepeno dengan nada ceria.
"Iya no, sama-sama." Ujar sang pemilik sawah.

Akhirnya pak Soepono bersiap mengayuh sepedanya untuk kembali ke rumah dengan uang di dalam sakunya. Setiba di rumah, pak Soepono disambut senyum ramah oleh sang istri dan disajikannya teh hangat sebagai rasa sayang sang istri kepada Pak Soepeno.

Setelah itu, Pak Soepeno mengeluarkan uang yang diberikan oleh pemilik sawah tadi dan ditaruh di atas meja. Lalu Ia berkata " Dek, ini ada uang segini! Mungkin setengahnya bisa ditabung untuk keperluan anak kita di sekolah dan setengahnya lagi buat beli beras dek! Kalau soal lauk pauk, saya rasa itu cukup buat membeli tahu atau tempe"

Istri pun menjawab, "Ia pak, saya juga Alhamdulillah ada pekerjaan menanam benih padi tadi. Hasilnya lumayan juga bisa ditabung buat keperluan anak kita juga."

"Sebenarnya aku tak tega juga dek ketika melihat kau ikut-ikutan kerja! Coba saja kalau aku punya keterampilan lain, mungkin aku tak akan menjadi buruh seperti ini dek! Maafkan bapak ya dek!" Ujar Pak Soepeno.


                             S e k i a n



https://www.instagram.com/p/CBGuxb2lXFV/?igshid=p9fdp4ol5rwf

 https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=4027570173980490&substory_index=1&id=100001826422078

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belok Kiri Jalan Terus

'Jajane Si Mak' (Jajan Pasar)