Kebiasaan Luar Biasa
Mungkin sudah menjadi hal yang lumrah ketika kita sebagai siswa maupun siswi di sekolah waktu dulu sampai sekarang, yang namanya telat atau tidak sesuai dengan jam masuk kelas yang ditentukan oleh bapak/ibu guru itu dianggap terlambat dan berhak menerima hukuman (sanksi).
Dari mulai dihukum di bawah tiang bendera dengan tangan menghormati sang saka sambil salah satu kaki diangkat ke atas, atau bahkan disuruh menyilangkan tangan dengan posisi memegang telinga sampai bersih-bersih toilet. Mungkin itu sebuah pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan pernah terlupakan. Harapan dari bapak/ibu guru selalu bilang bahwa hukuman tersebut untuk mengedukasi murid-murid di sekolah.
Kita anggap pengalaman itu seyogianya tidak terulang lagi di masa kini dan tingkat kesadaran akan pentingnya tepat waktu memang benar-benar kita upayakan. Kita akui bersama semakin bertambahnya umur bukan semakin sadar, akan tetapi semakin memolorkan waktu.
Mungkin detik demi detik kurang begitu berarti ketika kita menganggapnya biasa-biasa saja. Akan tetapi kalau kita melihat gelaran Moto GP yang ada di layar televisi, sedetik itu pun sangat berharga. Karena waktu sangat berpengaruh seberapa jauh jarak yang ditempuh motor tersebut untuk menjadi sang jawara serta saling mendahului satu dengan pembalap yang lain.
Tulisan ini sebenarnya bukan untuk mengkritik orang lain, akan tetapi menjadi autokritik bagi pribadi saya demi konsistensi menghargai sebuah waktu. Karena waktu tidak bisa diputar kembali. Sejauh apapun kepintaran kita, kita tidak akan bisa atau mungkin untuk mengulang waktu seperti pada sebuah film kartun dengan hanya membuka pintu ajaib. Hehe...
Apalagi dalam sebuah komunitas atau organisasi, seyogianya setiap kader maupun bukan kader (pimpinan) harus mencerminkan sebagai uswatun hasanah. karena sejatinya kita dilahirkan sebagai pemimpin dan pemimpin haruslah menjadi contoh yang baik. Mungkin ini sesuatu yang dianggap remeh, akan tetapi bisa berefek besar bagi kepribadian seseorang. Maka dari itu profesionalitas dan mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya adalah sebuah kepekaan yang tertinggi.
Komentar
Posting Komentar