Tarik Sist❗๐Ÿ‰


 

Acap kali yang terlintas dalam sebuah pikiran kita untuk memulai sebuah tulisan atau lebih tepatnya mengarang adalah tentang tema apa yang harus kita tulis. Setelah tema sudah kita dapati, kita pun terkadang masih bingung juga untuk menuliskan sebuah judul dari tulisan kita dan setelah judul sudah kita tulis, bukannya malah sudah terselesaikan kebingungan kita malah semakin bingung lagi untuk memulai kata pertama dalam pembentukan kalimat di awal paragraf.


Kalau itu yang pernah Anda rasakan dalam proses menulis, berarti kurang lebih kita sama. Ya, sama! Sama-sama pernah bingung maksudnya.Hehe....


Memang dalam menulis itu saya rasa gampang-gampang susah. Namun, terkadang banyak susahnya sih ketimbang gampangnya. Akan tetapi itu semua bisa teratasi bila kita terbiasa dengan menulis dan tidak meninggalkan yang namanya iqra atau membaca seperti perintah pada Alquran yang kurang lebih kita diperintahkan untuk senantiasa membaca. Mungkin arti iqra di dalam Alquran mempunyai makna yang lebih luas dari sekadar membaca, akan tetapi di tulisan ini saya lebih menitikberatkan pada pembacaan buku. Karena dengan membaca kita seperti mengarungi pemikiran dari penulis, menambah khazanah keilmuan, serta menambah nutrisi pada tulisan untuk seorang penulis pemula seperti saya pastinya. Bisa dibayangkan bila penulis pemula seperti saya ini kalau tidak banyak baca buku, pasti tulisan saya ambyar semua. Hehe... Meskipun sudah membaca buku, apakah tulisan saya selalu bagus? Saya rasa bagus atau tidaknya tulisan seseorang itu hanyalah sebuah subjektivitas. Maka dari itu, ketika ada yang bilang atau berkomentar bahwa tulisan Anda kurang bagus, seyogianya itu bisa menjadi semangat (spirit) baru untuk tetap menulis bukan malah down dan saya rasa percuma saja bila ada orang  yang memuji tulisan Anda bagus, lalu Anda sudah tidak menulis lagi lantaran tulisan Anda sudah bagus. Atau memang jangan-jangan Anda bernama Bagus jadi tulisan Anda selalu bagus? Hehe...(selera humor saya terkadang tiba-tiba datang).


Berkaitan dengan tema apa yang akan kita tuangkan pada sebuah tulisan yang nantinya menjadi karya kita, kalau menurut saya adalah proses kreatif yang mempunyai pengaruh sangat besar. Sebuah proses yang menuntut kita untuk peka melihat sesuatu yang berada di sekitar kita, apa yang kita rasakan, apa yang kita alami di masa lampau, sekarang, atau gambaran tentang masa depan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang kita hirup, apa yang kita rasa, itu adalah sesuatu bahan yang bisa kita olah menjadi  sebuah tulisan.


Terkadang atau bahkan terlalu sering terjadi adalah menangkap sebuah ide atau inspirasi itu berlangsung secara cepat dan sangat mendadak sekali. Maka tak hayal, saya selalu bersiap untuk menulis ide tersebut dulu di gawai maupun di kertas biar mudah dilihat kembali. Bukan tanpa alasan saya mencatat ide tersebut, karena mengingat kembali ide yang sempat melintas dipikiran itu sama halnya dengan sebuah perasaan kita terhadap dia yang tiba-tiba hadir kembali dan saya rasa itu rasanya beda dengan perasaan kita pertama kali. Eak...Eak...


Maka dari itu, ketika kita sudah mencatat ide tersebut, kita sudah tidak membebani otak kita untuk berpikir keras tentang suatu hal yang pernah terpikirkan. Ketimbang mikirin ide yang pernah melintas, lebih baik mikirin yang lain kenapa! Haha...Tarik Sist! Semangka๐Ÿ‰!!!


Untuk perihal bagus atau tidaknya tulisan, saya rasa kita harus menulis terlebih dahulu! Karena apa? Karena di awal sering kali kita sudah menyalahkan imajinasi kita sendiri dan berpikir negatif bila tulisan kita nanti akan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Setelah itu biasanya kita berpasrah untuk menyerah dan akhirnya menulis hanya dalam imajinasi atau angan-angan saja. Padahal yang dinamakan tulisan itu ya harus ditulis di kertas, blog atau media sosial lainnya bukan di imajinasi. Kalau masih sukses menulis di angan-angan berarti Anda bisa dibilang penulis angan-angan. Hehe....Bercanda!


Kalau setelah tulisan itu terselesaikan, baru kita perlahan-lahan membaca kembali dari awal. Kira-kira kurang apa ya? Apakah kata-katanya sudah enak dibaca bak ind#mie rasa soto di waktu hujan mendera? apakah sudah renyah layaknya kerupuk? atau sudah mengalir seperti sungai yang menjalar ke laut. Kalau itu memang sudah dirasa pas bagi kita, baru kita beranjak terkait tata bahasa dakam penulisan. Kita masih bisa belajar sedikit-sedikit kok! Mungkin dari penataan paragraf, penempatan huruf kapital, kata depan, kata baku, peletakan tanda baca dan lain sejenisnya.


Setelah itu selesai, mungkin teman atau komunitas penulis yang Anda ikuti (jika ada) suruh menilai tulisan Anda. Namun, Anda harus bersiap tentang kritik dan saran yang diberikan oleh teman Anda. Kalau bahasa kerennya adalah ya...minimal dipuji tidak terbang dan dihina tidak tumbang. Haha...Padahal Anda kan tidak bersayap untuk bisa terbang dan Anda juga bukan pohon yang bisa tumbang. Jadi... Kalau menurut saya, penulis terbaik adalah penulis yang mampu menyelesaikan tulisannya!!! Soal tata bahasa itu bisa menyusul.




.


Komentar

  1. Hihi, mantul Kaka. Terimakasih atas motivasinya ๐Ÿ˜๐Ÿ”ฅ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama kakak, semoga bisa mencerahkan.๐Ÿ˜Š๐Ÿ™

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Belok Kiri Jalan Terus

'Jajane Si Mak' (Jajan Pasar)