Pepatah Tapi Dipatahkan
Sudah kita ketahui bersama bahwa di negeri yang kita cintai ini (Indonesia) terbagi menjadi dua musim, yakni musim panas dan hujan. Kalau orang Jawa bilangnya musim Ketigo (panas) dan rendeng (hujan).
Ketika musim panas (tropis), kita tidak terlalu direpotkan dengan membawa payung atau jas hujan seperti pada saat musim penghujan. Akan tetapi sewaktu musim penghujan tiba seperti bulan November akhir ini, malah sering kali kita tidak membawa payung maupun jas hujan. Itulah hebatnya warga +62! Sudah tahu Indonesia ini dengan 2 musim, tapi mengapa sewaktu musim hujan tidak menyediakan payung atau jas hujan sewaktu menempuh perjalanan. Hehe...
Seperti halnya pepatah pernah bilang sedia payung sebelum hujan, warga +62 tampaknya mulai mematahkan pepatah tersebut. Kenyataannya adalah masih banyak dari warga +62 tidak membawa payung sebelum hujan tiba. Mereka cenderung menikmati hujan tersebut dan ingin basah-basahan. Atau mungkin lebih mencari tempat berlindung di emperan-emperan tokoh yang ada atapnya biar bisa dibuat berteduh atau mencari warung kopi untuk sekadar menyeduh kopi dan camilan sembari menunggu hujan reda.
Pepatah tersebut juga tidak relevan lagi ketika diterapkan kepada para pengendara sepeda motor. Seharunya bisa berbilang Sedia jas hujan sebelum kehujanan. Nggak mungkin banget kalau pengendara sepeda motor setiap kali harus mengoyong-oyong payung pada musim penghujan. Hehe...
Hal aneh selanjutnya ketika kita membahas pepatah tersebut lebih jauh adalah tidak selalu hujan kita harus menyediakan payung. Bisa saja kita mengatakan sedia indomie sebelum hujan, sedia gorengan sebelum hujan, sedia kopi sebelum hujan atau sedia Dia sebelum atau sesudah hujan untuk melewati kenangan dan segala tantangan kehidupan. Eak... eak...
Komentar
Posting Komentar