Undang-Undang Dari Mana?



Sudah tidak menjadi hal yang tabuh lagi ketika pada abad 21 ini yang namanya ngopi bareng di warung, kedai, atau cafe yang menyuguhkan segala minuman yang berbahan dari olahan biji kopi pilihan maupun kopi sasetan serta bermacam minuman yang lainnya. Sepertinya budaya ngopi begitu akrab di telinga kita semua, bahkan ada yang bilang "Kalau nggak ngopi sehari saja, rasanya ada yang kurang! Meskipun terkadang ngajak ngopi tapi pesannya es." Ujar pecinta kopi autentik. 


Dalam Sebuah warung kopi (warkop) atau sejenisnya, pastilah terjadi sebuah pembicaraan, obrolan, rasan-rasan, ghibbah, diskusi, atau bahasa halusnya bisa dibilang menganalisis sebuah situasi dan kondisi di sekitar kita. "Ha???Bahasa halus? Memang ada bahasa kasar?" Ujar seseorang yang suka mempertanyakan sebuah kata. Ah... sudahlah!  Kembali ke topik per-ngopi-an. 


Sebuah diskusi kecil-kecilan pun digelar di warung kopi dengan sesekali saling melempar senyum sembari menyeduh kopi atau meneguk minuman selain kopi seperti es. Ada sebuah pembicaraan yang memantik serta merangsang pikiran dari setiap orang yang berada dalam satu bangku sewaktu ngopi. Ada cletukan yang dibilang perempuan. Dia mengatakan bahwa ada Undang-Undang yang dianut serta diamini oleh perempuan-perempuan. Undang-Undang tersebut kurang lebih berkata, 

"Pasal pertama, perempuan itu tidak pernah salah, dan pasal kedua adalah ketika perempuan salah kembali ke pasal pertama."


Hal tersebut membuat suasana agak sedikit memanas karena para laki-laki terlihat mulai memerah kupingnya pasca terucapnya Undang-Undang yang tidak jelas jluntrungannya. Lelaki tersebut berkata "Itu Undang-Undang dari mana? Terus siapa yang ngesahkan?" Sontak perempuan bilang "Eh... Laki-laki harus menerima dong! Pokoknya begitu wes dari sananya!" sambil sedikit melihatkan giginya dalam tertawa untuk berdiplomasi. 


Aku pun hanya terdiam! Karena pada saat forum diskusi kecil-kecilan tersebut jumlah perempuan terlalu banyak dari laki-laki. Khawatirnya nanti saya dikereyok?! Heheu....Namun, dalam hati aku menggumam! "Kalau begitu perempuan-perempuan tidak pernah punya salah ya! " suara dalam hati kecilku. Sebenarnya aku pun tidak sepakat terkait Undang-Undang yang dijadikan patokan perempuan tersebut. Kalau pun memang demikian, saya rasa bukan perempuan yang tidak pernah salah, akan tetapi rasa kewelasasihan dari laki-laki. Karena takutnya kalau perempuan terlalu disalahkan takut ngambek dan ngambulan, dan mungkin juga laki-laki tersebut wegah rame soale isin dirungokno wong akeh! Hehe... 


Kalau mau sedikit menambahkan komentar juga ketika perempuan selalu bilang tak pernah salah, dan sewaktu perkataan atau perbuatan perempuan tersebut kurang tepat (salah) dan bagi laki-laki coba mengingatkan biar kembali ke tatanan yang telah disepakati bersama sesuai aturan moral/etika yang berlaku, seakan-akan perempuan berusaha menolak sebuah kebenaran. Ya... Sudahlah! Perempuan selalu benar kok. Iya... Selalu benar kok! Hehe... Akan tetapi kalau laki-laki telah membenarkan terkait Undang-Undang yang tak jelas jluntrungannya tersebut berarti kita sama-sama tenggelam dalam pembenaran perempuan dan sisi pengakuan dari kaum Hawa. Heuheu.. Iya... Kamu tak pernah salah kok! 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani