Menulislah Walau Tak Dikenal




Ada banyak hal serta tujuan dalam setiap tulisan yang ditulis oleh seorang penulis (pengarang) dalam setiap rentetan kata-kata yang dituangkan dalam kertas kosong maupun pada blog di media sosial adalah sebuah keniscayaan.  Mulai hanya sekadar mengerjakan tugas untuk menulis, iseng-iseng menulis cerita keseharian, menuangkan pemikiran, mengabarkan peristiwa atau kejadian, menjadikannya sebuah pekerjaan, sampai ingin dikenal dan diabadikan namanya dalam sejarah peradaban.


Dari setiap tujuan tersebut pasti ada suatu hal yang melatarbelakangi pengarang untuk terjun dalam dunia kepenulisan. Hingga saat ini, saya merasakan bahwa kegiatan menulis adalah kegiatan satu-satunya yang paling berharga dalam menorehkan jejak-jejak kita selama hidup di bumi ini. Kita bisa mengetahui dan mempelajari peradaban pada zaman dahulu karena juga ditemukannya tulisan serta gambar sebelum adanya zaman batu. Bukankah ini isyarat bahwa peradaban manusia juga dipengaruhi oleh coretan-coretan tinta yang akan terus membangun peradaban?


Menulislah walau tak dikenal!

Karena dikenal atau tidak, yang namanya menulis adalah sebuah pekerjaan intelektual yang menuntut kita untuk senantiasa berpikir dan berkemajuan. Karena dalam proses kreatif yang biasanya dilakukan oleh seorang penulis akan dituntut sebuah kepekaan yang tinggi dalam setiap melihat sebuah peristiwa dengan tidak meninggalkan campur tangan Tuhan di dalam peristiwa tersebut.


Menulis juga sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan karena setiap kejadian apa pun yang kita lihat, dengar, rasakan, bisa kita abadikan lewat kata-kata yang kita tata sedemikian rupa yang membentuk satu-kesatuan menjadi sebuah tulisan yang utuh dan bisa disebut karya tulis.


Kalau soal isi tulisan yang bagus maupun bisa dikatakan berbobot, bagi saya itu bersifat subjektif. Karena setiap pembaca pun sebenarnya menilai tulisan kita sesuai dengan apa yang dia lihat, dia ketahui dan dari sudut pandang keilmuannya serta pengalamannya. Jadi, bagi saya tidak ada tulisan yang sempurna dalam sebuah penulisan (di luar konteks kebahasaan dan cenderung kepada pengalaman si pembaca). Akan tetapi, sisi-sisi subjektivitas inilah yang akan membentuk sebuah keunikan tersendiri dalam sebuah karya dan menjadi riskan apabila kita sudah mengetahui seberapa pentingnya menulis jika kita sampai hari ini masih menjadi seorang penulis angan-angan yang sering kali meng-hobi-kan dengan yang namanya kata menunda.

Selamat menulis hari ini!


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani