Kita Bukan Kembang Api


 


Suatu kebanggaan tersendiri ketika kita memasuki dunia akademisi dan mengikuti sebuah organisasi mahasiswa di dalamnya. Entah, organisasi apa pun itu! Karena di sana kita terus belajar dan mengolah bakat serta minat kita ke arah yang lebih berkemajuan dan kita dicetak sebagai seorang leadership (kepemimpinan).


Tentunya dalam sebuah organisasi ada sebuah persoalan-persoalan baru, target-target baru, strategi-strategi baru, yang menuntut kita untuk terus bergerak maju dan menjadikannya sebuah tantangan bukan sebagai beban-beban baru. Berkenaan dengan itu, waktu adalah sesuatu hal yang sangat berharga karena kita dituntut untuk mengendalikannya bukan sebaliknya ketika waktu bisa mendikte kita.


Kita diajari untuk selalu berpikir cermat, bijaksana dalam mengambil setiap keputusan, serta sisi legowo ketika pendapat kita tidak selalu menjadi prioritas oleh kesepakatan para sesama kader organisasi. Mungkin kedewasaan muncul dari sini, ketika setiap persoalan menuntut sebuah jawaban dan jawaban itu senantiasa kita musyawarah-kan untuk mengetahui akar dari sebuah persoalan dan mencari solusi yang pas secara bersama dengan kader-kader yang lain. 


Sama halnya juga tentang pola-pola yang kita pakai untuk menjaga semangat para kader. Kalau kita mau jujur, pastilah setiap kader memiliki semangat yang fluktuatif (naik turun). Sehingga perlu sekali pembinaan yang nantinya bisa menjaga sisi psikologis kader biar tidak seperti kembang api yang apabila dinyalakan, terbang dan meledak di udara dengan sepersekian detik saja serta tidak bisa tahan lama. Saya rasa tidak! Kita harus mempunyai sebuah pembaruan-pembaruan untuk menjaga api semangat dari para kader untuk tetap membara.


Mungkin kita bisa menggunakan cara-cara yang lebih humanis, semisal dengan pola perkaderan ala kekeluargaan yang menitikberatkan kepada ikatan yang begitu erat antar satu dengan yang lainnya. Sehingga para kader bisa betah dan krasan seperti berada di rumahnya sendiri ketika ikut dalam berorganisasi. Bukan berarti juga kita sudah menganggap mereka sebagai saudara kita, lantas kita harus senantiasa ngelem, memuji jika ada sebuah ketidakcocokan dalam berucap maupun bersikap. Sebagai bentuk kasih sayang kita, kita senantiasa harus selalu mengingatkan antar satu dengan yang lainnya serta memberikan sebuah solusi yang terbaik bagi kader. Bukan hanya menyalahkan si kader lalu tanpa memberikan solusi! Saya rasa itu tidak dibenarkan dalam sebuah organisasi apapun!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani