Mau Bilang Apa Lagi

Animasi/nenek/lebaran/silaturrahmi/lierasi



Mau bilang apa lagi

Setiap sesuatu yang bernyawa pastilah akan tanggal atau mati pada waktunya. Begitu pun kita sebagai manusia yang hidup berawal dari alam kandungan sampai alam kegelapan atau kematian. Tinggallah kita menunggu waktu yang tiba-tiba datang tanpa kita ketahui kapan dan dimana hal tersebut akan menimpa diri kita, cepat atau lambat pasti itu terjadi meskipun kedatangannya tak bisa dipercepat maupun diperlambat.

Hidup di bumi berawal dari seorang bayi, anak-anak, remaja, dewasa hingga menua, kehidupan layaknya sebuah matahari ketika terbit dan harus tenggelam pada sore hari menjelang malam. Terkadang kalau kita teringat akan perihal itu, tiba-tiba kita tersadar bahwa kita dari yang tadinya tak ada menjadi ada dan kembali dalam ketiadaan di bumi ini. Ah...Kok tiba-tiba melankolis seperti ini sih! Apa gara-gara hujan seharian yang terus berjatuhan sedari pagi sampai malam di kota Lumajang, Jawa Timur ini ya! Entah lah, namun niat awal saya menulis tulisan ini sebenarnya ingin menghibur teman-teman pembaca semua.

Begini teman-teman pembaca, izinkan saya bercerita tentang suatu peristiwa dalam pengalaman hidup yang baru-baru ini saya alami. Kejadian ini pun bisa saja terjadi kepada anda! Awas, hati-hati ya! Soalnya kejadian ini banyak menuntut kita untuk bersabar dan sangat menguras pikiran juga apabila kita dalam posisi diam. Bagus juga sih untuk pelatihan dalam melatih emosi yang suka meledak-ledak seperti suara petasan yang dinyalakan. Hehe....

Jangan-jangan kejadian ini sudah atau sedang menimpa anda! Tidak menutup kemungkinan dan bisa-bisa saja kan?
Buat yang belum mengalami pengalaman yang seperti saya alami, alangkah baiknya bisa dijadikan sebuah pembelajaran dan pelajaran dalam menghadapi peristiwa ini ya! Itu pun kalau teman-teman berkenan sih!

Seminggu yang lalu, ketika aku berkunjung ke rumah saudara untuk bersilaturrahmi dalam momen lebaran di desa, aku menemui seorang perempuan tua yang tak lagi mampu untuk berdiri apalagi berjalan-jalan. Ia adalah nenek dari saudaraku, terlihat duduk santai di atas kursi di ruang tamu dan tampak sebuah tongkat di samping kanan si nenek tersebut. Aku pun mulai mengahampirinya dan mulai bertanya yang saya awali dulu dengan salam. Assalamualikum nek, kemana orang-orang nek? Kok sepi dan nenek kok sendirian? Nenek pun cuma memandangku dan malah balik bertanya. "Mau cari siapa kamu?" Ujar si nenek dengan mata yang tak sejernih waktu muda. Aku pun mulai mendekati dia, dengan mengulangi pertanyaan  yang sama untuk kedua kali. Maklum lah, nenek kan sudah tak muda lagi jadi ada sedikit gangguan pada mata dan telinga.

Saya mulai bersalaman dengan mecium tangan nenek dan bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama namun dengan nada yang sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. Kali ini, nenek pun menjawab. "Orang-orang sedang keluar untuk bersilaturrahmi ke rumah pamannya! Kamu ini kalau bicara jangan keras-keras!Aku mendengarnya kok! Aku tak tuli, Ngawur aja kamu ini"
Ya...elah, dasar sie nenek, dari tadi ditanyain malah tidak menjawab, sedangkan memberikan sebuah jawaban malahan begitu jawabnya (dalam benak saya).

"Duduk lah! Buka sendiri tutup toples yang ada kuenya itu! Pilih lah kue yang kamu suka!" Ujar nenek dengan nada perintah.
Saya pun menjawab " Ia nek, saya buka tutup toplesnya dan saya akan memakan kuenya nanti." Sambil berjalan ke arah tempat duduk yang ada kue pada meja di depan saya.
Nenek pun bilang lagi, " Tunggu saja saudaramu, soalnya dia sudah dari tadi ke rumah pamannya dan bilang cuma sebentar saja!." Aku pun mengiyakan hal tersebut.

Topik pembicaraan mulai dibangun oleh  nenek dengan bertanya tentang banyak hal
kepada saya. Nenek sangat antusias sekali dalam melempar sebuah pertanyaan. Saya pun berusaha mengimbangi nenek dengan tetap menjawab pertanyaannya, namun ya begitulah kalau tak menggunakan nada tinggi, nenek tak mendengarnya.

Setelah beberapa menit menunggu, saudara saya juga tak kunjung datang dan nenek pun terus bertanya serta berargumentasi dengan begitu lengkapnya seolah-olah ruang tamu tersebut ful suara nenek yang sedang menceritakan kembali masa mudanya. Saya hanya menjawab iya dan tidak dengan sedikit argumen. "Percuma saja, saya bilang dengan nada pelan, neneknya tak mendengar dan berbicara nada tinggi, nenek pun kembali berujar bahwa dirinya tak tuli."
Aku pun mulai lelah dalam menunggu. Apalagi nenek terus saja berbicara seperti jalan tanpa ujung. Hihi....

Tiba-tiba, terdengar suara sepeda motor yang berhenti di depan rumah nenek. Akhirnya saudara saya pun datang juga!
Alhamdulillah, kedatangannya saya sambut dengan rasa ceria seolah memerdekakan perasaan dan pikiran saya yang mulai berpikiran aneh-aneh sedari tadi!
Mau bilang apa lagi! Mungkin faktor usia tak bisa dibohongi seolah kembali pada situasi anak-anak yang selalu ingin didengar dan diperhatikan.
Hehehe............

Doaku untukmu!
Semoga kita diberikan umur panjang dan terus menua tanpa merepotkan orang lain dan pastinya lebih wawas diri.
Amin.....Ya Rab!


                            S e k i a n






Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mursyidah Auni

Awal dalam mengawali kegiatan (Fatihah)

Reti Suryani