Tantangan Muhammadiyah di Masa Kini
Opini | Tantangan | Muhammadiyah | masa kini | di tengah Pandemi
Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Mungkin inilah istilah yang pas untuk menggambarkan situasi pada saat sekarang dengan masa-masa sebelumnya. Berbeda dulu, berbeda dengan sekarang. Karena apa? Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian hari dirasa semakin pesat, serta kompetisi yang semakin kompetitif. Ini adalah sebuah kemajuan zaman yang merupakan suatu keniscayaan dalam sebuah kehidupan yang menuntut untuk sebuah perubahan. Ya, zaman sekarang ini bisa kita sebut dengan zaman revolusi industri 4.0 . Industri 4.0 adalah nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik.( Sumber, Wikipedia). Sedangkan bahasa sederhananya industri 4.0 adalah zaman yang tak luput dari penggunaan yang namanya internet untuk membantu meringankan pekerjaan manusia.
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa era revolusi industri 4.0 banyak sekali manfaatnya, salah satu hal yang terkecil saja kita bisa ambil contoh adalah mudahnya kita berjejaring, berkomunikasi, baik dengan keluarga, teman, sampai orang-orang di seluruh dunia, efisiensi dan prokduktifitas meningkat karena kita diam saja di rumah sudah bisa bekerja. Bukan kah ini sebuah kemajuan? Akan tetapi, revolusi industri 4.0 ini juga mempunyai dampak terhadap sosial, politik, ekonomi, budaya, pendidikan serta lingkungan. Dampak sosial yang paling menonjol dari revolusi industri 4.0 yaitu penggunaan teknologi dan mesin yang dapat menggantikan peran manusia dalam proses industri sehingga kegiatan ini dapat menyebabkan berkurangnya campur tangan manusia dalam proses produksi. Hingga akhirnya banyaknya pengangguran karena kurangnya lapangan pekerjaan. Tidak hanya itu saja, hal ini juga dapat menyebabkan sistem pendidikan sebelumnya bisa dikatakan kurang relevan lagi dalam dunia kerja untuk saat ini bila tidak dibarengi kreativitas yang mumpuni.
Menurut pendapat saya, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0 bak dua sisi mata pisau yang berbeda. Ada manfaat yang besar dan kerugian yang besar pula. Tergantung pintar-pintar kita cara menyikapinya. Semisal, bisa digunakan untuk memerangi kebodohan dalam diri atau malah terbunuh oleh kecanggihan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri. Alangkah baiknya bisa menggunakan opsi yang pertama yaitu memerangi kebodohan serta bisa juga sebagai lahan dakwah kita sebagai Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) untuk terus menyebarluaskan islam yang berkemajuan. Tidak hanya menjadi follower, AMM juga seyogianya juga menjadi pelopor dalam segala bidang, utamanya bisa menguasai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk saat ini, namun tidak mengesampingkan landasan iman dan islam karena kita adalah manusia yang beragama.
Kalau dahulu, Muhammad Darwis atau yang biasa kenal dengan nama Kh. Ahmad Dahlan menyebarluaskan islam dengan cara mendatangi rumah-rumah penduduk, namun untuk sekarang ini, kita bisa berkreasi dalam berdakwah atau berfastabiqul khairat dengan menggunakan media sosial yang kita miliki karena adanya sebuah kemudahan, semisal dengan menulis quotes, puisi, artikel, opini, esai, maupun meme-meme kreatif dan lain sejenisnya yang bernuansa islami adalah salah satu cara alternatif dalam berdakwah secara mengasikkan. Mengapa tidak kita lebih optimalkan saja dakwah yang seperti ini! Tinggal bagikan link-link berita, opini maupun ceramah atau dakwah agama di grup-grup media sosial yang kita miliki. Tentunya sebelum haI itu dilaksanakan, kita sebagai Angkatan Muda Muhammadiyah harus senantiasa menggiatkan kembaIi/ meningkatkan daya baca guna menambah khazanah ilmu pengetahuan serta wawasan yang Iuas. Namun, kaIau kita mau sadar dan menyadari, realitas yang terjadi pada saat ini maIahan berbanding terbaIik dengan apa yang ingin dicapai, tentunya ini adaIah sebuah tantangan bagi Angkatan Muda Muhammadiyah apaIagi bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai generasi inteIektuaI yang berperan sebagai agent of change (agen perubahan) juga agent of controI sosiaI.
Dari zaman ke zaman, duIu umat manusia dijajah oIeh mitoIogi aristokrasi raja-raja. Kemudian dijajah oIeh serbuan tentara Iuar negeri. Berikutnya dijajah oIeh ekonomi dan pasar. Iantas dijajah meIaIui pikiran dan perasaan. Seperti contoh daIam kehidupan sehari-hari saja, anak-anak muda tak jarang mempunyai kecenderungan lebih suka kearah permainan (game online) yang lagi berkembang pesat-pesatnya meskipun tidak semua pemuda menyukainya dibandingan dengan membaca buku, berita maupun berdiskusi terkait isu-isu terhangat yang berkembang saat ini. Saya tetap berhusnudzon dan berdoa semoga persoaIan ini bisa menemukan win-win soIution apalagi disituasi yang gabut seperti ini karena adanya pandemi Covid 19. Ini adalah sebuah tantangan juga bagi Angkatan Muda Muhammadiyah untuk dapat mengorganisir teman-teman guna bersama-sama, bahu-membahu, berlomba-lomba dalam hal kebaikan (fastabiqul khairat) guna terus berdakwah di jalan Allah.
Memang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi ini bisa saja merubah semuanya. Termasuk budaya ketimur-timuran yang mulai goyah dan sedikit bergeser oleh budaya kebarat-baratan (westernisasi). Ini tentunya bisa mengurangi rasa cinta tanah air (Nasionalisme) terhadap bangsa dan Negara kita sendiri. Lebih mengunggul-unggulkan produk barat ketimbang produk dalam negeri. Lifestyle atau gaya hidup dari masyarakat mengalami perubahan serta meniru perkembangan yang terjadi di negara-negara Barat. Misalnya seperti: gaya hidup mewah, hedonisme. Mengikuti kebiasaan masyarakat Barat di dalam mengkonsumsi minuman keras serta obat-obatan yang terlarang. Semakin maraknya pergaulan bebas serta juga perilaku seksual menyimpang di tengah-tengah masyarakat, perubahan pada cara berpakaian , cara berkomunikasi, serta juga hubungan sosial yang mengikuti kebiasaan di Negara-negara Barat. Masyarakat juga semakin individual disebabkan sikap gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia selama ini jadi semakin terkikis dan bergeser. Terjadinya suatu perubahan di dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, mulai dari politik, seni, budaya, ekonomi, serta lain sebagainya yang diadopsi dari Negara-negara Barat.
Belum lagi tentang adanya berita-berita hoaks guna menebar kebencian antar sesama umat atau golongan demi kepentingan tertentu, memprovokasi untuk terjadinya perpecahan antara umat isIam. Karena terlalu bebasnya tentang kebebasan ruang informasi publik terkadang bisa dimanfaatkan oleh segelintir orang atau golongan untuk memecahbelah umat beragama meskipun pada dasarnya kita harus tetap selalu berpilkir positif atau bertabayyun. Ini juga persoalan yang harus siap dihadapi oIeh Angkatan Muda Muhammadiyah.
Mbah Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) pun pernah menuliskan "KaIau kita meniIik sejarah, Irak harus diserbu pasukan gabungan dengan terIebih duIu dicarikan “ayat”-nya agar sah menyerbu. Sedang dipikir-pikir 2l008-2l015 Iran harus menjadi focus serangan , sementara harus dipastikan kaum MusIimin harus terpecah beIah di seIuruh dunia, dan cara memecah mereka adaIah dengan memasukkan virus-virus cara berpikir, cara memandang sesuatu, cara meIihat, dan merasakan. Indonesia tidak perIu diserbu dengan tentara dan bediI bom baIislik. Orang Indonesia gampangan, Iatah , dan gampang dibikin mabuk; Jadi cukup diserbu dengan iming-iming disegaIa bidang. SegaIa yang memabukkan dimasukkan ke Indonesia. Orang Indonesia begitu mudah mabuk demokrasi, sementlara Amerika Serikatl sendiri tak segitl-segitu amatl menyikapi demokrasi.
Demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), psikisme jender, otonomi daerah, teknologi komunikasi dan informasi, neoIiberaiIsme, dan segaIa macam partikeI yang menggiurkan; diuntal mentah-mentah oIeh orang Indonesia, tanpa bertabayyun terIebih dahuIu. Sesungguhnya demokrasi dan seterusnya itu adaIah perangkat pengeIoIaan sejarah yang baik jika manusia memahami dosisnya, konteksnya, batasnya, takarannya, koridor wiayahnya, ruang dan waktunya. Tetapi kita maIah maIas daam berpikir, pokoknya ambiI dan teIan secara mentah-mentah."
Lumajang, 20 Mei 2020
Makin smngtt aja kk nulisnya keren pokoknya
BalasHapusHehe...terima kasih kak❗🙏😊
BalasHapus